Geopolitik

Perang Bayangan di Laut Merah: Peran Media dalam Krisis Rute Pelayaran Global

Mengungkap bagaimana media pemerintah dan kelompok bersenjata menggunakan propaganda untuk membentuk narasi global seputar krisis di salah satu jalur maritim terpenting dunia.

F
Fatima Al-Husseini
Penulis
3 menit baca
Perang Bayangan di Laut Merah: Peran Media dalam Krisis Rute Pelayaran Global

Laut Merah bukan sekadar perairan; ia adalah jalan raya arteri bagi ekonomi global. Setiap tahun, triliunan dolar barang—mulai dari minyak mentah hingga barang elektronik—melewati jalur sempit ini, menjadikannya salah satu titik nadi (chokepoint) maritim paling vital di dunia. Namun, dalam beberapa waktu terakhir, arteri ini tersumbat. Serangan drone dan rudal yang dilancarkan oleh kelompok Houthi dari Yaman terhadap kapal-kapal komersial telah memaksa raksasa pelayaran untuk mengalihkan rute, memicu kekacauan dalam rantai pasok dan meningkatkan ketegangan geopolitik.

Namun, di balik ledakan fisik yang mengguncang lambung kapal, ada sebuah perang lain yang sedang berkecamuk—perang yang sama pentingnya, namun jauh lebih sulit dilihat: perang informasi. Setiap pihak yang terlibat, dari kelompok bersenjata hingga koalisi militer negara adidaya, secara aktif menggunakan media dan propaganda untuk mengendalikan narasi, membenarkan tindakan mereka, dan memenangkan simpati di panggung dunia.

Narasi Perlawanan vs. Narasi Terorisme

Medan perang narasi ini memiliki dua sisi yang sangat kontras, masing-masing dengan target audiens dan tujuannya sendiri.

  1. Propaganda Houthi: Aksi Heroik dan Solidaritas Bagi kelompok Houthi, media adalah senjata utama. Melalui saluran Telegram dan akun media sosial yang canggih, mereka secara rutin merilis video-video dramatis berkualitas tinggi. Rekaman ini seringkali menampilkan momen-momen serangan rudal, pasukan komando yang turun dari helikopter untuk merebut kapal, atau pernyataan tegas dari juru bicara militer mereka.

Tujuannya jelas:

Membangun Citra Kekuatan: Mereka ingin memproyeksikan citra sebagai kekuatan militer yang tangguh dan berani, mampu menantang angkatan laut terkuat di dunia.

Menggalang Dukungan: Serangan-serangan ini secara konsisten dibingkai bukan sebagai tindakan acak, melainkan sebagai aksi solidaritas—seringkali dikaitkan dengan perjuangan Palestina. Narasi ini sangat efektif dalam menggalang simpati di dalam negeri Yaman dan di seluruh dunia Arab.

Menantang Narasi Barat: Dengan mengklaim hanya menargetkan kapal-kapal yang terkait dengan Israel atau sekutunya, mereka berusaha melegitimasi tindakan mereka sebagai perlawanan yang ditargetkan, bukan pembajakan acak.

  1. Narasi Koalisi Barat: Menjaga Stabilitas Global Di sisi lain, pemerintah Barat dan koalisi angkatan laut internasional yang mereka pimpin (seperti Operasi Penjaga Kemakmuran) mempromosikan narasi yang sangat berbeda. Melalui pernyataan resmi, konferensi pers, dan laporan media arus utama, mereka membingkai serangan Houthi sebagai:

Ancaman terhadap Perdagangan Global: Fokus utama adalah pada dampak ekonomi—kenaikan biaya asuransi, penundaan pengiriman, dan potensi inflasi global. Ini adalah narasi yang dirancang untuk mendapatkan dukungan dari komunitas bisnis internasional dan negara-negara lain yang ekonominya bergantung pada rute ini.

Tindakan Terorisme dan Ilegal: Serangan terhadap pelayaran sipil dicap sebagai pelanggaran hukum internasional dan tindakan terorisme yang membahayakan nyawa para pelaut.

Intervensi sebagai Tindakan Defensif: Serangan balasan terhadap sasaran-sasaran Houthi di Yaman digambarkan bukan sebagai agresi, tetapi sebagai tindakan defensif yang diperlukan untuk melindungi “kebebasan navigasi.”

Jurnalis di Tengah Kabut Perang Informasi

Bagi jurnalis independen, meliput krisis Laut Merah adalah sebuah tantangan verifikasi yang luar biasa. Akses fisik ke zona serangan sangat terbatas, membuat mereka sangat bergantung pada informasi yang dirilis oleh pihak-pihak yang berkonflik—yang semuanya memiliki agenda.

Setiap klaim harus diperiksa dengan skeptis. Apakah video serangan itu baru atau lama? Apakah kapal yang diklaim sebagai target benar-benar memiliki afiliasi seperti yang dituduhkan? Apakah serangan balasan benar-benar hanya mengenai sasaran militer?

Di sinilah Intelijen Sumber Terbuka (OSINT) menjadi sangat krusial. Para analis dan jurnalis kini menggunakan data pelacakan kapal komersial (AIS), citra satelit, dan analisis video untuk secara independen memverifikasi atau membantah klaim dari kedua belah pihak. Mereka menelusuri jejak digital untuk menemukan kebenaran di tengah lautan propaganda.

Perang bayangan di Laut Merah adalah pengingat yang kuat bahwa dalam konflik modern, pertempuran untuk menguasai persepsi sama pentingnya dengan pertempuran di laut lepas. Memahami krisis ini berarti belajar menavigasi bukan hanya perairan yang berbahaya, tetapi juga gelombang informasi yang sengaja dirancang untuk menyesatkan.

F

Fatima Al-Husseini

Jurnalis investigasi yang berbasis di Timur Tengah.

Komentar